Thursday, October 27, 2016

"Aku tidak peduli", begitu kata mereka

Memang malam lebih mencintai bintang
Dan siang juga pasti mencintai mentari

Aku tau itu

Aku melihat siang menampakkan dirinya karena petuah sang Pencipta

Malampun menutupi karena arahan Sang Pencipta

Maka mereka semua bekerja atas visi yang sama
Mereka memiliki kesadaran yang sama
Mereka memiliki cinta yang sama
Mereka memiliki harapan yang sama
Meski tak pernah bersua

Bagaimana dengan mereka?
Aku kembali mendengar
"Aku tak peduli"

Mungkin ini sebab mengapa kita tak mendapatkan takdir untuk bangkit

Karena memang
Cinta kita
Mimpi kita
Harapan kita
Semua busuk menyengat

Semua bergerak atas keegoisan
Kehendak, karya menjadi sia-sia

Maka pada bangsa aku berkata
Bisakah kau menyatukan kita atas cinta yang sama?

- UNJ, 27 Oktober 2016

Wednesday, October 26, 2016

Berkisah tentang seorang wanita yang berjalan dalam sehari
Berjalan dengan pengharapan bahwa hari akan berganti setelahnya
Dia bergerak di antara Rabu dan Kamis
Bernafas diantara detik detik
Jantungnya berdetak diantara sepersekian detik 

Gadis Rabu-Kamis tersenyum dengan getir
Dia tetap bertahan diantara kejamnya Rabu dan mencekiknya Kamis
Dia tetap bertahan dengan Rabu penuh luka dan kamis yang menyesakkan
Dia tetap bertahan diantara keduanya
Menunggu apakah semua ini akan indah pada waktunya 

Gadis Rabu-Kamis tetap membersamai setiap cinta yang telah terukir
Walaupun sajak-sajak tak selalu berpihak padanya
Gadis Rabu-Kamis berlari perlahan menjauh
Hingga tak mampu aku mencapainya
Semoga hari rabu dan hari kamis mampu berdo'a untuknya 

- Rawamangun, 26 Oktober 2016

Tuesday, October 25, 2016


Aku bernapas diantara kata kata yang terlarut di dalam udara

Mereka beranggapan bahwa lirik lirik yang kami utarakan adalah lirik yang keji

Padahal kami hanya bersuara menurut undang-undang yang disediakan oleh negara

Mungkin kita dihinakan oleh dunia yang entah berapa kali mencaci maki

Yaaa.

Hanya ini yang kami berikan untuk jeritan-jeritan yang kami dengar di malam hari yang gelap

Tak banyak penerangan yang bisa dilihat di malam yang kelam

Mungkin karena ini malam, sebab itulah suara mereka tak di dengar

Di banding dengan orang-orang yang akan semakin kaya karena pembangunan di tujukan untuk mereka

Mungkin karena ini malam, sebab itulah mereka tak di sadari

Karena yang mendengar mungkin sudah terlelap karena sibuk melayani pemilik saham ketika siang hari

Kemudian mereka hanya berkata
"Kami hanyalah alas kaki"

Kemudian kami menyadari karena kami masih terbangun di malam hari

Dan kami berkata apa yang mereka katakan

Dan kita tau akhirnya

Kami melahirkan lirik-lirik keji

- Jl. Perhubungan, Jakarta Timur
25 Oktober 2016


Dunia tercipta diantara batas batas Maya dan realita.
Maka aku bercerita kepada dunia dengan kata kata yang ingin di mengerti oleh semua.
Tak harus membuat mereka semua meningkatkan amarah.
Minimal menghidupkan nurani nurani kita yang sudah hampir mati.

Kamu bercerita tentang tawa mu
Kalian bercerita tentang harapan kalian
Kita semua bercerita tentang kebahagiaan

Sedangkan dia ataupun mereka masih termenung dengan sedih diantara harapan harapan mereka yang terkubur

Masih adapula yang tertelan dengan mimpi mimpi mereka yang tak kunjung memperlihatkan napasnya

Maka kepada siapa kita menuntut kebahagiaan yang sebenarnya?

Akhirnya Dia bercerita kepada kita melalui kalamNya

Bahwa kebahagiaan terletak diantara jari jemari perjuangan
Ternyata kebahagiaan terletak diantara tangisan-tangisan yang terukir
Ternyata kebahagiaan muncul diantara sesak napas

Itu semua ternyata bersembunyi diantara sebuah kata yang menyebabkan Tuhan menarik kita ke dalam Syurga Nya

Bahasa kita mengatakan komitmen
Agama berkata Istiqomah

Ternyata di balik kata inilah kebahagiaan itu tersimpan

Semoga tangisan
Semoga keringat
Semoga darah
Semoga rasa sakit
Semoga sesak yang tak tertahan
Semoga resah yang tak bertepi karena banyak hal yang tak bisa di selesaikan

Bisa menyebabkan kita dan semuanya berakhir di tempat yang mulia

Dan bertemu dengan Sang Pencipta

Adakah kita masih bertanya tentang cibiran dia yang disana?

Bukan mendengarkan Firman Nya?


Rawamangun, Masjid Ulul Albab 25 okt 2016

Monday, October 10, 2016


"Nanti akan ada sebuah kondisi dimana kemarau berkepanjangan dan semua orang kesulitan untuk makan. Hingga saking sulitnya masa itu sehari diibaratkan setahun. Hingga muncul pertanyaan darimana mereka bisa bertahan? Mereka bertahan dengan Tasbih dan Tahmid"

Kami menyebutnya generasi Tasbih dan Tahmid. Generasi ini nanti akan tercipta di saat saat akhir peradaban.

Kemudian yang menjadi pertanyaan bagaimana mereka bisa menjadi orang-orang itu. Kita bisa mengetahui bahwa keimanan bukanlah sesuatu yang bisa dipersembahkan secara tiba-tiba. Pasti keimanan yang terlahir dari sikap mereka adalah dampak dari latihan yang panjang. Proses pendidikan yang mendalam. Sikap mereka itu pastinya bukan hanya tercipta karena paksaan keadaan.
Tetapi itu memang tentang keimanan yang bicara. Tentang jiwa jiwa yang terbebas dari hawa nafsu. Sehingga terwujudlah pribadi-pribadi yang hawa nafsunya bisa mereka injak dibawah kaki mereka sendiri.

Maka entah siapa generasi ini. Generasi akhir zaman. Dimana keimanan dunia bergantung pada mereka. Dimana cinta pada Rabb dipertaruhkan pada generasi mereka.

Inilah mereka generasi Tasbih dan Tahmid.

Entah siapa mereka. Entah kapan mereka akan tiba. Entah mereka telah terlahir atau belum. Entah mereka sedang di didik atau bagaimana. Entah kapan mereka akan memperlihatkan dirinya.

Dan pasti mereka akan membuat indah catatan sejarah. Karena keimanan mereka.

Siapakah mereka?



Saturday, October 8, 2016


Sepertinya aku sudah lama tenggelam di dalam dunia yang sudah kubuat
Aku baru sadar bahwa aku berada di dunia tempat para penghujat
Dan juga tempat para penyemir sepatu yang menjilat
Atau tempat dimana berkumpulnya para penjahat

Mungkin sangat jelas  terihat
Dimana orang-orang yang terlihat berbuat
Itu hanya untuk menginjak-injak yang lain dan menghinakan oknum yang ingin mereka buat sebagai para penjahat
Ada juga para bangsat
Atau orang-orang yang ingin di anggap terlaknat
Ada juga senyuman senyuman para keparat
Yang menghiasi semua tempat
Memang bangsat para keparat

Aku juga melihat para anjing yang berkata ibarat manusia
Atau manusia yang terlihat seperti anjing yang menganga?
Ada juga iblis iblis yang sibuk dengan proyek proyek akbar mereka



Aku baru sadar bahwa dunia ini bukan tempat orang yang mencari makna yang hakiki
Apalagi sibuk berfilosofi
Semua orang hanya sibuk mencari harga diri
Padahal tak sadar mereka menginjak harga diri manusia yang tak mampu berdiri


Ohhh diri ini
Aku benar benar baru tercerahi
Tak mungkin meminta orang lain akan mengerti
Dan juga benar benar peduli
Apalagi berharap dikasihani


Memang layak dikatakan babi
Karena sudah tak peduli lagi lumpur atau tanah yang suci

Entah apa yang sebenarnya yang terjadi
Aku masih berharap diri inilah yang salah mengerti

Tolong ajarkanlah tentang negeri ini

Ciangsana, 8 Okteber 2016


Thursday, October 6, 2016



“Ku pandangi langit maka kutemukan jalan untuk mengenal Mu
Ku pandangi lautan maka kutemukan jalan untuk mengenalmu
Aku amati kesempurnaan tubuhku kutemukan kuasa Mu
Kualihkan pandanganku ke segala penjuru maka kutemukan banyak jalan untuk mengenalMu
Maka firman Mu  menjadi saksi perjalanan ku dalam pencarian untuk mengenal Mu
Maka hatiku menjadi saksi bahwa aku telah membuka nya seluas-luasnya untuk menerima kebenaran” 


**
Daya upaya Salman Al- Farisi pun tercuat di dalam pikiranku. Bahwa hidayah tak ditemukan berserak di jalan. Tetapi harus diperjuangkan. Perjalanan dari Persia bukanlah perjalanan yang dekat. Merasakan menjadi budak pun telah dirasakan olehnya. Itulah perjalanan pencarian kebenaran. Kegemilangan dunia ditinggalkannya untuk mencari dimana kah Tuhan sebenarnya.
Persia dan madinah adalah jarak yang harus dia tempuh karena telah membuka hatinya untuk mengenal siapa penciptanya. Dijadikan budak adalah pilihan yang harus dia terima untuk menempuh jalan untuk mengenal siapa sang pencipta.
Akhirnya Muhammad  yang mendatanginya membawa hidayah padanya. Melihat ciri-ciri kenabian yang ada pada manusia yang datang ke madinah itu membuatnya langsung beriman tanpa menunggu waktu. Dan tanpa ragu.
Itulah jalan para pencari kebenaran. Itulah jalan untuk mencapai fitrah kita sebagai manusia. Itulah jalan para pecinta.


**

Wahai para pencari hidayah bukalah hatimu untuk mengenalnya. Dan benarkan dengan hatimu yang terdalam maka akan kau temukan di islam itu semua ada. Sebermula dari hati yang bersih dan terbuka untuk menerima kebenaran. Dan hati membenarkannya. Dan beriman pada akhirnya. Hingga iman itu menancap dalam ke dalam hati sehingga status terus meningkat hingga mencapai ketakwaan. Semoga para pencari hidayah diistiqomahkan.

Wednesday, October 5, 2016


Aku menyaksikan dengan jelas parade bisu itu terlewat di hadapan peradaban manusia
Parade bisu itu melantangkan dengan kuat bahwa mereka ada di tengah manusia
Dengan semangat yang berkobar

Peradaban kemanusiaan yang telkahir terus bergulir
Mempersiapkan banyak hal
Tak akan tau apa yang akan  terjadi setelah ini
Parade bisu tadi berkembang semakin pesat dan semakin pesat
Tetapi mereka masih bisu
Tak perlu hingar bingar

Dengan sandaran yang kuat mereka bergerak
Dengan panji yang kokoh berkibar diantara mereka

Kemudian aku melihat mereka berjalan dengan gagah
Dan dengan bangga mereka menyusuri peradaban dan tak mati

Mereka kuat dan sangat kuat hingga duri duri yang mereka injak tak mengindahkan mereka terus berjalan

Terkadang arus begitu kuat
Tetapi langkah mereka tak pernah berhenti

Parade bisu itu terus menyusuri peradaban
Entah sampai kapan ini usai

Tak ada yang paham
 Dalam pikiran mereka, “Yang penting mereka terus berjalan”

Dan tak akan mati


Pilihan nya hanya peradaban ini usai atau tidak

Monday, October 3, 2016



Saat membuka buka album lama yang sudah usang. ternyata menemukan sebuah foto yang cukup fenomenal pada zamannya. ya mungkin ini saya. Beberapa kali saya memandangi berulang-ulang. Apakah benar-benar saya? Ternyata benar apa adanya.

Dilihat dari ekspresi nya. Mungkin terlihat bahagia. kemudian coba saya mengingat kembali ke masa masa itu. Ternyata tak begitu banyak momen bahagia yang tersimpan di dalam memori.

Kemudian saya berpikir sejenak. 

Ternyata kebahagiaan di dapat bukan karena mendapatkan sesuatu. Kebahagiaan itu ada di tengah-tengah perjuangan. Untuk sesaat memberikan angin-angin kesegaran. Agar kita kembali lagi untuk melangkah.





Sunday, October 2, 2016



Sampai kapanpun kau tak akan bisa membuat semua manusia menyukaimu.

Daripada sibuk membuat manusia menyukaimu lebih baik sibuk berbuat agar Allah menyukaimu.

Saturday, October 1, 2016



"Maka shalat lebih baik daripada tidur"

Terdengar sayup-sayup tetapi tegas Allah memanggil hambaNya

Udara dingin bercampur dengan air wudhu memberikan sapaan yang menawan

Shalat sunnah fajar membangunkan
jiwa jiwa manusia dan memberikan tenaga

Kemudian Allah memberikan karunia, waktu-waktu yang apabila berdo'a akan dikabulkan

Disisi lain masih ada yang tertidur dengan lelap

Jiwa jiwa mereka menangis karena tak mendapatkan haknya

Tangisan mendalam para jiwa jiwa ahli maksiat terdengar sungguh sangat menyakitkan

Sungguh di balik kesulitan terdapat kemudahan

Masjid Nurul Irfaan, UNJ
1 Okt 2016