Pria
ini terus berjalan menyusuri ruang-ruang kehidupan. Bahwa kehidupan memang
berat. Semua sudah tau itu. Dia bukan hanya tau, tapi merasakannya. Pria ini tetap berjalan, dengan
tertatih
Dengan
perlahan, cinta yang dimilikinya tersebar. Tapi senyumnya tetap pasi. Aku melihatnya
saudara. Aku ingin tau apa yang dirasakan di balik senyum itu. Apakah itu
pahit? Atau itu perih? Atau itu indah? Bisa jadi itu indah. Karena Allah akan
memberikan ujian kepada hamba yang dicintaiNyaa. Bisa jadi Allah mencintai dia.
Mungkin
diri ini akan bersyukur sedalam-dalamnya Karena bisa bertemu dengan dia. Dia
menjadi teman setia. Bahkan di sempitnya waktu. Di dalam tekanan jiwa. Tapi aku
melihatnya dia berusaha bertahan. Aku melihatnya.
Ingin aku berkata pada dunia. Bahwa dia adalah bukti bahwa ukhuwah itu ada. Dan memang cahaya ukhuwah itu masih bersinar terang. Bukan sekedar kata-kata indah di dalam buku. Apalagi sekedar syair yang terlantun.
Ingin aku berkata pada dunia. Bahwa dia adalah bukti bahwa ukhuwah itu ada. Dan memang cahaya ukhuwah itu masih bersinar terang. Bukan sekedar kata-kata indah di dalam buku. Apalagi sekedar syair yang terlantun.
Kuberikan sebuah sajak untuknya :
Pria dan senyum
pasinya
Berjalan berharap
bahwa senyum pasinya bisa terasa kepada sesama
Kau tetap bertahan sambil
berdo’a
Masih ada hari esok
yang akan tetap sedia
Dan akan membuktikan
bahwa kau telah berjuang dan bertahan
Jalan ini terbentang
Memang bukan untuk
orang yang tanpa masalah
Tapi dengan masalah
kita dibesarkan
Dengan masalah kita
tumbuh
Dengan masalah pribadi
kita terukir
Maka aku tau
tangisanmu seringkali tumpah, dalam kesendirian
Atau saat-saat kau tak
bisa tertidur
Memikirkan segalanya
Tak masalah kawan
Jalan ini memang bukan
untuk memanjakan kita
Maka aku berharap
kepadaNya
Kau harus terus
bertahan
Di jalan kita berada
Karena banyak yang
menunggu kita
Tetaplah bertahan
Rawamangun, 13 Agustus 2017
0 comments:
Post a Comment