Tuesday, July 25, 2017

Berbisik pada Senja

Aku berbisik pada senja
“Kapan kita bisa berbahagia?
Dia menjawab dengan jingganya

Aku berbisik pada senja
“Kapan kita bisa tersenyum lepas?”
Dia menjawab dengan siluetnya

Aku berbisik pada senja
“Kapan kita bisa berlapang dada?”
Dia menjawab dengan pancaran indahnya

Angin senja sepertinya mengerti apa yang telah dirasa sehingga diam diam dia bergerak memberikan semilirnya
Aliran senja masuk ke dalam manusia menjadi catatan-catatan yang terduga

Aku mencari cerita dalam catatan usang manusia
Ternyata sang Senja menjadi saksi banyak peristiwa
Tempat dimana si muda memperlihatkan semangatnya, si tua melahirkan kebijaksanaanya
Dan senja mendamaikan mereka
Senja tetap sabar menjadi saksi ketika manusia lelah bekerja
Senja tetap sabar karena sering mendengar orang mengumpat di jalan raya
Senja tetap sabar saat menyaksikan manusia lalai
Tetapi senja tetap berharap manusia tak merugi

Maka aku tetap berbisik pada senja secara perlahan
Dia begitu kukuh memperlihatkan keindahannya dan perlahan menari dengan mesra
Dengan jingganya
Dengan siluetnya
Dengan cahayanya

Pantas aku melihat senja begitu dewasa ternyata cerita manusia sudah terekam oleh memorinya
“Mungkin senja bisa menjadi tempat aku berbagi cerita?
Dan Senja tetap terdiam dengan kegagahan nya

Dan demi waktu senja, sesunggnya manusia kerugian”

  • Ciangsana, 26 Oktober 2016


0 comments:

Post a Comment